Breaking News

Proses Kanonisasi Alkitab


Bagaimana dan kapan ditentukannya tulisan-tulisan yang termasuk dalam Kitab Suci?
Untuk Perjanjian Lama, kapan penulisan kitab-kitabnya tidak diketahui secara pasti. Namun yang jelas, tulisan-tulisan Yahudi yang pertama kali diakui sebagai kitab suci adalah kelima kitab yang pertama, yang disebut sebagai kitab hukum/taurat, baru kemudian kitab para Nabi dan tulisan-tulisan lain (misalnya: Mazmur, Ayub dan Amsal). Keseluruhan proses penulisan, pengumpulan, dan penerimaan kitab-kitab Suci Perjanjian Lama ini berlangsung selama seribu tahun. Proses yang sama untuk Perjanjian Baru berlangsung lebih pendek. Kitab-kitab Perjanjian Baru semuanya ditulis dalam beberapa dekade, dan tersebar dengan cepat dan dalam jangkauan yang luas. Kitab terakhir, yaitu Wahyu, ditulis sekitar tahun 90 M.
Proses penentuan Kanon Kitab Suci, yaitu daftar kitab-kitab yang diinspirasikan oleh Roh Kudus dan menjadi bagian dari Alkitab, dilakukan Gereja dalam Tradisi apostolik sejak para Rasul: “Dalam tradisi apostolik, Gereja menentukan kitab-kitab mana yang harus dicantumkan dalam daftar kitab-kitab suci. Daftar yang lengkap ini dinamakan "Kanon" Kitab Suci. Sesuai dengan itu, Perjanjian Lama terdiri dari 46 (45, kalau Yeremia dan Lagu-lagu Ratapan digabungkan) dan Perjanjian Baru terdiri atas 27 kitab” (KGK No. 120).
Awalnya, Kitab-kitab Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani. Atas permintaan Raja Ptolomeus II dari Alexandria, dan juga karena perkembangan komunitas Yahudi di luar Palestina, diterjemahanlah Kitab Suci bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani oleh 70 orang ahli kitab Yahudi. Terjemahan Yunani ini disebut sebagai Septuaginta (kata Latin dari 70). Proses kanonisasi Septuaginta, yang terdiri dari 46 Kitab, selesai sekitar tahun 250-125 sM.
Pada zaman Yesus, orang-orang Yahudi di Palestina umumnya berbicara dengan bahasa Aram, bahasa Ibrani hanya digunakan oleh kalangan khusus dan untuk kepentingan ibadat. Sedangkan bahasa Yunani merupakan bahasa yang umum dipergunakan di wilayah Mediterania. Maka tak mengherankan bahwa yang Alkitab yang dipergunakan oleh para penulis kitab Perjanjian Baru adalah Alkitab terjemahan dalam Bahasa Yunani. Semua kitab-kitab Perjanjian Baru ditulis sejak awal dalam bahasa Yunani. Karena itu, Kanon Kitab Suci Septuaginta-lah yang dipakai Gereja Katolik sebagai Kanon Perjanjian Lama.[1] Jadi dengan ditambah Kanon Perjanjian Baru, yang terdiri dari 27 Kitab, Alkitab terdiri dari 73 Kitab.
Kanon Kitab Suci yang terdiri dari 73 Kitab ini pertama kalinya ditetapkan oleh Paus Damasus I pada tahun 382 M. Kanon ini diteguhkan dalam Konsili Hippo (Afrika Utara) pada tahun 393 M dan Konsili Karthago (Afrika Utara) pada tahun 397 M. Daftar ke-73 kitab seperti yang disetujui oleh Konsili Hippo dan Karthago ini dideklarasikan kembali oleh Paus Innocentius I pada tahun 405 M dalam suratnya kepada Uskup Exsuperius dari Toulouse. Kanon Kitab Suci yang terdiri dari 73 kitab ini didefinisikan secara resmi dalam Konsili di Florence pada tahun 419 M. Menanggapi Reformasi Protestan yang menganggap 7 Kitab tidak termasuk Kitab Suci, Konsili ekumenis di Trente pada tahun 1546 meneguhkan lagi kanon Kitab Suci yang terdiri dari ke-73 kitab tersebut. Pada tahun 1869, Konsili Vatikan I kembali meneguhkan daftar kitab yang disebutkan dalam Konsili Trente, demikian juga Konsili Vatikan II pada tahun 1965.

[1] Sekitar tahun 90-100 M, para ahli kitab Yahudi berkumpul di Yavneh/Yamnia dan menentukan 39 Kitab yang termasuk dalam Alkitab berbahasa Ibrani. Gereja-gereja Protestan memakai Kanon Yamnia ini sebagai Kanon Perjanjian Lama mereka.

No comments